Sudah dari kecil ku bercita-cita menjadi dokter. Hanya satu cita-citaku itu sampai smp. Sampai ku ikut dokter kecil dan PMR (sampai sekarang masih). Namun sejak SMA ku mulai mengenal bidang kimia. Mulai masuk SMA bapakku ingin agar aku bisa masuk Teknik Kimia. Awalnya ku pikir ah kimia, ku ga tertarik, ga menyenangkan. Ku tetap bercita-cita menjadi dokter. Tapi sejak ku ikut ekstra MOSI dan KIR Kimia -yang waktu itu ku hanya iseng2 dan ikut2an temen- ku jadi senang dengan bidang ini. Semakin ku belajar kimia rasa cintaku pun bertambah *lebay, padahal pelajaran kimia juga ga selalu dapet bagus*. Aku suka klo ku udah melakukan percobaan2 kimia bersama teman2. Bahkan ku sampe pernah terkena bahan kimianya (ini gara2 tetua. grrr). Alhasil ku jadi pengin masuk Teknik Kimia. Namun ku juga bimbang ku masih ingin menjadi dokter. Ya emang untuk sekolah di kedokteran membutuhkan biaya mahal. Sedangkan aku bukan dari kalangan berada.
Universitas yang kuingini sejak dulu yaitu UGM. Ya jadi mahasiswa fakultas kedokteran UGM. Tapi setelah ku ingin masuk Teknik Kimia, ITB lah tujuanku. Apalagi setelah ku membaca buku Gading-Gading Ganesha karya Darmawan Wibisono (alste -alumni SMAGA), ku semakin ingin masuk institut tersebut. Apalagi ku suka dengan hal2 baru, ku ingin mencoba hidup di Bandung. Kalo di Jogja kan udah pernah melihat keadaan kotanya karena mbakku kuliah di jogja jadi waktu liburan ku sering ke kota ini. Sedangkan ku hanya pernah sekali ke kota Bandung, itupun waktu widyawisata SMP hanya mampir ke beberapa tempat.
Sekarang aku udah -mau lebih tepatnya- kelas XII. Dan aku udah disuruh Bapakku untuk menentukan satu pilihan, mau di ITB atau UGM dan tentunya kedokteran atau Teknik Kimia. Bapak berkata, "Boleh kamu masuk di kedokteran, masalah uang biar bapak yang urus tapi yang mau jadi dokter tu banyak, jadi harus ahli, dan dari pembuktian bapak dokter sukses itu yang udah berkiprah lama dan dia dokter spesialis. Sedangkan klo kamu di teknik bisa jadi sukses muda" (ah sok tau bapakku ini,,hehehe). Tapi apa yang dikatakan bapakku ada benarnya juga rata-rata dokter muda belajar lagi untuk mengambil spesialis. Pernah mamaku menawari ku untuk masuk di FKG (Fakultas Kedokteran Gigi) di salah satu Universitas di Makassar sana. Gara2 ada adik dari guru ngajiku yang kuliah disana. Ga tau alasan mendetailnya apa. Tapi gila jauh banget Makassar mbok!! Tapi entah kenapa ku kurang sreg klo di FKG walaupun kayaknya seru juga sih, ku lebih suka jadi dokter anak. Kan lucu tu tiap hari berinteraksi dengan anak2 kecil.
Ku tak tahu sekarang. Ku harus menentukan pilihan. Pernah ku berpikir untuk kuliah di kedua jurusan tersebut (Hanya orang hebat yang bisa melakukannya, ku pernah baca ada orang yang seperti itu. Gilaa!). Tapi itu gak mungkin bagiku. Ku suka dua-duanya. Apakah ku harus melepas mimpi lamaku dan menjalani mimpi baruku? Karena kita perlu satu mimpi agar kita bisa fokus dalam perjalanan untuk mencapainya.
Sekarang aku udah -mau lebih tepatnya- kelas XII. Dan aku udah disuruh Bapakku untuk menentukan satu pilihan, mau di ITB atau UGM dan tentunya kedokteran atau Teknik Kimia. Bapak berkata, "Boleh kamu masuk di kedokteran, masalah uang biar bapak yang urus tapi yang mau jadi dokter tu banyak, jadi harus ahli, dan dari pembuktian bapak dokter sukses itu yang udah berkiprah lama dan dia dokter spesialis. Sedangkan klo kamu di teknik bisa jadi sukses muda" (ah sok tau bapakku ini,,hehehe). Tapi apa yang dikatakan bapakku ada benarnya juga rata-rata dokter muda belajar lagi untuk mengambil spesialis. Pernah mamaku menawari ku untuk masuk di FKG (Fakultas Kedokteran Gigi) di salah satu Universitas di Makassar sana. Gara2 ada adik dari guru ngajiku yang kuliah disana. Ga tau alasan mendetailnya apa. Tapi gila jauh banget Makassar mbok!! Tapi entah kenapa ku kurang sreg klo di FKG walaupun kayaknya seru juga sih, ku lebih suka jadi dokter anak. Kan lucu tu tiap hari berinteraksi dengan anak2 kecil.
Ku tak tahu sekarang. Ku harus menentukan pilihan. Pernah ku berpikir untuk kuliah di kedua jurusan tersebut (Hanya orang hebat yang bisa melakukannya, ku pernah baca ada orang yang seperti itu. Gilaa!). Tapi itu gak mungkin bagiku. Ku suka dua-duanya. Apakah ku harus melepas mimpi lamaku dan menjalani mimpi baruku? Karena kita perlu satu mimpi agar kita bisa fokus dalam perjalanan untuk mencapainya.
0 komentar:
Posting Komentar